KONSEP
DASAR ILMU SOSIAL
Oleh
Kelompok I :
Quraisyi
120210302003
M.
Fajar S. 120210302077
Sigit
Candra L 120210302079
Ario
Nugroho S 120210302066
JURUSAN ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Alhamdulillah, Segala puja dan Puji syukur kami haturkan kepada Allah
SWT, yang mana berkat hidayah dan ma'unahnya kami bisa menyelesaikan makalah
ini dengan rampung.
Yang kedua. Shalawat serta salamullah semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana berkat jerih payah beliau, kita bisa
menikmati manisnya ilmu pengetahuan dengan adanya Dinul Islam.
Dalam makalah ini, kami berkesempatan untuk sedikit membahas tema "Konsep
Dasar Ilmu Sosial", yang mana dalam makalah ini, kami berusaha untuk
menggali dan mencari tau, serta memberi pengetahuan baru kepada para pembaca
mengenai apa itu ilmu social, hakikatnya, Dan seterusnya.
Tak ada gading yang tak retak, mungkin seperti itulah kami menggambarkan
makalah kami yang masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari siapapun, agar
dalam penulisan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Kelompok
I
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
1.4.
Manfaat
3.1.
Kesimpulan
Seorang awam
yang untuk pertama kalinya mempelajari ilmu social, sesungguhnya secara tidak
sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selama hidupnya, dia telah
menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam
hubungan social atau hubungan antar manusia. Sejak lahir di dunia, dia sudah
berhubungan dengan orang tua misalnya, dan semakin meningkat usianya, bertambah
luas pulalah pergaulannya dengan manusia lainnya di dalam masyarakat. Dia juga
menyadari, masa-masa yang silam. Secara sepintas lalu diapun mengetahui bahwa
di dalam pelbagai hal dia mempunyai persamaan-persamaan dengan orang-orang
lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat khas berlaku bagi
dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain. Semuanya merupakan
pengetahuan yang bersifat sosiologis oleh karena ikut sertanya dia di dalam
hubungan-hubungan social, dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan
kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang lain, semua itu
memberikan gambaran tentang obyek yang dipelajarinya yaitu ilmu social. Akan
tetapi semuanya itu belum berarti bahwa dia adalah seorang sosiolog.
Ada beberapa hal yang kami
jadikan permasalahan dalam makalah ini, yaitu :
v Apa definisi dari ilmu social,?
v Apa objek kajian dari ilmu social,?
v Disiplin ilmu apa saja yang termasuk dalam ilmu
social,?
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini, yaitu :
v Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar
Ilmu Sosial.
v Untuk mengetahui apa itu Ilmu Sosial.
v Untuk mengetahui apa saja objek kajian dari ilmu
social.
v Untuk mengetahui apa saja disiplin ilmu yang ada dalam
ilmu social.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
v Memberi pengetahun baru bagi kami pribadi sebagai
penulis makalah ini tentang ilmu social, objek kajiannya, dan disiplin
ilmu-ilmu yang ada dalam ilmu social.
v Memberi pengetahun baru bagi pembaca tentang ilmu
social, objek kajiannya, dan disiplin ilmu-ilmu yang ada dalam ilmu social.
Sejarah ilmu-ilmu sosial dimulai pada akar filsafat kuno. Dalam sejarah
kuno, tidak ada perbedaan antara matematika dan studi sejarah, puisi atau
politik. Ini kesatuan ilmu pengetahuan sebagai tetap deskriptif dan penalaran
deduktif dari aksioma menciptakan kerangka ilmiah. Zaman Pencerahan melihat
sebuah revolusi dalam filsafat alam, perubahan kerangka dasar dengan mana
individu memahami apa yang ilmiah. Di beberapa tempat, tren percepatan studi
matematika dianggap sebuah realitas independen dari pengamat dan bekerja dengan
aturan sendiri. Ilmu sosial datang dari filosofi moral waktu dan dipengaruhi
oleh Zaman Revolutions, seperti revolusi industri dan revolusi Perancis,
ilmu-ilmu sosial dikembangkan dari ilmu-ilmu (eksperimental dan diterapkan),
atau pengetahuan sistematis. -basis atau praktik preskriptif, yang berkaitan
dengan perbaikan sosial dari sekelompok entitas berinteraksi-.
Awal dari ilmu-ilmu sosial di abad ke-18 yang tercermin dalam berbagai
ensiklopedia Diderot besar, dengan artikel dari Rousseau dan pelopor lainnya.
Pertumbuhan ilmu-ilmu sosial juga tercermin dalam ensiklopedi khusus lainnya.
Periode modern melihat "ilmu sosial" pertama kali digunakan sebagai
bidang konseptual yang berbeda, Social ilmu dipengaruhi oleh positivisme,
berfokus pada pengetahuan berdasarkan pengalaman, arti sebenarnya positif dan
menghindari yang negatif;. Spekulasi metafisik dihindari.
Sekitar pergantian abad ke-20,
filsafat Pencerahan ditantang di berbagai tempat. Setelah penggunaan teori
klasik sejak akhir dari revolusi ilmiah, berbagai bidang studi matematika
diganti untuk studi eksperimental dan persamaan memeriksa untuk membangun
struktur teoritis. Perkembangan sub-bidang ilmu sosial menjadi sangat
kuantitatif dalam metodologi. Sebaliknya, sifat interdisipliner dan
lintas-disiplin penyelidikan ilmiah ke perilaku manusia dan faktor sosial dan lingkungan
yang mempengaruhi itu membuat banyak dari ilmu alam tertarik pada beberapa
aspek metodologi ilmu sosial, Contoh mengaburkan batas antara disiplin yang
muncul seperti penelitian sosial. kedokteran, sosiobiologi, neuropsikologi,
bioeconomics dan sejarah dan sosiologi ilmu pengetahuan. Semakin, kuantitatif
dan kualitatif metode penelitian yang terintegrasi dalam studi tindakan manusia
dan implikasi dan konsekuensi. Pada paruh pertama abad ke-20, statistik menjadi
sebuah disiplin yang berdiri bebas matematika diterapkan. Metode statistik yang
digunakan percaya diri.
Pada periode kontemporer, Karl Popper dan Talcott Parsons dipengaruhi
kelanjutan ilmu-ilmu sosial. Para peneliti terus mencari konsensus terpadu pada
apa metodologi yang mungkin memiliki kekuatan dan perbaikan untuk menghubungkan
"teori besar" yang diusulkan dengan berbagai midrange teori-teori
yang, dengan cukup sukses, terus memberikan kerangka dapat digunakan untuk
besar, bank data tumbuh, karena lebih lanjut, lihat pertepatan. Saat ini meskipun,
berbagai kemajuan alam ilmu sosial dalam berbagai cara, meningkatkan
pengetahuan masyarakat secara keseluruhan. Ilmu-ilmu sosial akan untuk masa
mendatang akan terdiri dari zona yang berbeda dalam penelitian, dan
kadang-kadang berbeda dalam pendekatan terhadap lapangan. "Ilmu
sosial" bisa merujuk baik untuk ilmu-ilmu masyarakat tertentu yang
ditetapkan oleh pemikir seperti Comte, Durkheim, Marx, dan Weber, atau lebih
umum untuk semua disiplin ilmu di luar sains mulia dan seni. Dengan akhir abad
19, ilmu-ilmu sosial akademik merupakan lima bidang: hukum dan amandemen hukum,
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan perdagangan, dan seni.
Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiologi Jerman
dan Penulis Buku Class and Class Conflict in Industrial Society yang
dikenal sebagai pencetus teori Konflik Non-Marxis, merupakan suatu konsep yang
ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan
perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial
menunjukkan sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya di klaim oleh
beberapa orang saja; sedangkan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu sosial mungkin
istilah tersebut merupakan bentuk yang lebih tepat.
Ilmu
Sosial (Inggris:social science) atau Ilmu
Pengetahuan Sosial (Inggris:social studies) adalah "sekelompok
disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan Sosialnya". Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk
metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan
penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku
dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial
secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan
memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.Ilmu sosial, dalam
mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan
objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding
dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu
sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan
interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku
manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat
banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu
sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu social.
Istilah
sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang
berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah
Departemen Sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh
berbeda. Menurut Soekanto (1986: 11) apabila istilah sosial pada ilmu social
menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme adalah suatu ideology yang
berpokok pada prinsip pemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa
dalam bidang ekonomi (Fairchild, 1964: 296). Sedangkan istilah social pada
departemen social, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan social.
Artinya, kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna
susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu,
Soekanto (1993: 464) mengemukakan bahwa istilah social pun berkenaan dengan
perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses social. Secara
keilmuan, masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu social, dapat dilihat
sebagai sesuatu yang terdiri atas beberapa segi. Di lihat dari segi ekonomi,
akan bersangkut-paut dengan factor produksi, distribusi, penggunaan
barang-barang, serta jasa-jasa. Di sinilah ilmu ekonomi yang kan membahas
tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dari
bahan-bahan yang terbatas ketersediannya. Sedangkan dari segi politik, antara
lain berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda dengan
psikologi social, yang pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia sebagai
individu secara social. Selain itu, terdapat antropologi budaya yang lebih
menekankan pada masyarakat dan kebudayaannya, dan begitu seterusnya utuk
ilmu-ilmu social lainnya, seperti geografi social, sejarah, maupun sosiologi.
Ilmu-ilmu
sosial merupakan ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan yang berlangsung dalam
proses kehidupan dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti
apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu yang
merupakan suatu batang tubuh atau struktur ilmu pengetahuan (Body Of Knowledge Atau Structur Of Knowledge)
tentang suatu bidang. Setiap ilmu sosial (sejarah, geografi, ilmu politik, ilmu
ekonomi, sosiologi, dan antroplogi) memandang manusia dari sudut pandang dan
menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya.
Pengetahuan tentang tindakan manusia ini membentuk suatu dasar materi ilmu
pengetahuan sosial (IPS).
Suatu struktur ilmu pengetahuan,
termasuk ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke
yang paling luas, yaitu fakta, konsep, dan generalisasi (Savage dan Amstrong,
1996:24). Ketiga hal itu membangun materi ilmu sosial
v Kedudukan Ilmu Sosial dalam bidang
ilmu
Beberapa mata pelajaran, misalnya
sejarah, ekonomi, geografi, tata negara, sosiologi, dan antropologi, kimia,
biologi, fisika, matematika, dan lainnya. Merupakan sesuatu yang dapat disebut
sebagai bidang ilmu atau disiplin ilmu. Macam-macam ilmu tersebut merupakan
hasil dari suatu proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia, dari dahulu
sampai sekarang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat
ditelusuri sejak jaman yunani kuno. Pada masa itu, semua pengetahuan pada
mulanya merupakan satu kesatuan dan belum terspesialisasi seperti sekarang ini.
Yang dikenal pada masa itu hanyalah filsafat antara lain filsafat alam dan
filsafat sosial menurut N. Daldjoeni dalam Samlawi dan Maftuh (1998:2). Dari
filsafat itulah kemudian orang mengembangkan berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia. Filsafat alam melahirkan ilmu-ilmu
alamiah dan filsafat sosial melahirkan ilmu-ilmu sosial. Kemudian berikutnya
lahir pula ilmu-ilmu budaya secara tersendiri.
Dilihat dari sejarah perkembangan ilmu,
filsafat dapat dikatakan sebagai induk atau sumber dari berbagai macam ilmu
pengetahuan. Dari filsafat lahir 3 cabang ilmu pengetahuan yang masing-masing
terbagai-bagi lagi ke dalam beberapa disiplin ilmu atau spesialisasi. Secara
spesialisasi ketiga cabang ilmu pengetahuan itu adalah sebagai berikut :
A. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciencis), meliputi : fisika,
kimia, biologi, astronomi, dan matematika;
B. Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciencis), terdiri dari :
sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, antropologi, sejarah, psikologi,
geografi, dan lainnya;
C. Ilmu-ilmu Budaya (Humanities), meliputi : ilmu bahasa,
kesusastraan, kesenian, dan lainnya.
Dari pembagian di atas dapat kita lihat bahwa ilmu-ilmu
sosial pada awalnya juga berinduk kepada filsafat yang kemudian memisahkan dan
mengembangkan diri secara terpisah dari ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu budaya.
Ilmu sosial pun kemudian terpecah-pecah lagi ke dalam beberapa cabang ilmu yang
berbeda-beda fokus dan metode kajiannya dari ilmu sosial yang satu kemudian
lahirlah sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, antropologi, sejarah,
psikologi, geografi, dan lainnya. Sekalipun semua ilmu sosial itu sama mengkaji
tentang manusia, tetapi setiap cabang ilmu sosial meninjaunya dari sudut
pandang berbeda.
Adapun objek
kajian dari ilmu social adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai
ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan manusia lain.
2.
Dalam
kelompok (seperti: keluarga, kelas social atau masyarakat) dan,
3.
Produk-produk
yang timbul dari interaksi tersebut, seperti nilai, norma, serta
kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.
Dari penjelasan di atas
dapat dikatakan, bahwa objek studi atau kajian ilmu social adalah masyarakat,
yakni hubungan antara manusia dan proses sebab-akibat yang timbul dari hubungan
masyarakat.
Menurut Ralf
Dahrendorf, seorang ahli Sosiologi Jerman dan penulis buku Class And Class
Conflict In Industrial Society, menyatakan bahwa cabang ilmu social adalah
sebagai berikut :
1.
Sosiologi.
2.
Antropologi
3.
Psikologi
4.
Ekonomi
5.
Geografi
Sosial
6.
Politik
7.
Sejarah
Sedangkan menurut
Wallerstein (1997:22) mengelompokkan beberapa disiplin ilmu yang dikategorikan
sebagai ilmu social, yaitu :
1.
Sosiologi
2.
Antropologi
3.
Geografi
4.
Ekonomi
5.
Sejarah
6.
Psikologi
Sosial
7.
Hukum
8.
Ilmu
Politik
Sedangkan Brown dalam
karyanya yang berjudul Explanation in Social Sciences (1972), bahwa yang
termasuk dalam paket ilmu social meliputi :
1.
Sosiologi
2.
Antropologi
3.
Ekonomi
4.
Sejarah
5.
Demografi
6.
Ilmu
Politik
7.
Psikologi
Sosial
Dari uraian di atas dapat
diambil beberapa kesimpulan bahwa :
1.
Ilmu Sosial (Inggris:social science) atau Ilmu
Pengetahuan Sosial (Inggris:social studies) adalah "sekelompok
disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan Sosialnya".
2.
Adapun
Objek kajian dari Ilmu Sosial adalah Masyarakat, Baik itu Individu maupun
Golongan secara umum (Masyarakat)
3.
Yaitu
Hukum, Demografi, Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi Geografi Sosial, Politik,
Sejarah
1.
Basrowi,
(2005), "Pengantar Sosiologi", Bogor, Ghalia Indonesia.
2.
O'Donnel, Kevin, (2009), "Post-Modernisme",
Yogyakarta, Kanisius.
3.
Soekanto,
Soerjono, (1990), "Sosiologi, Suatu Pengantar", Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada.
4.
Soelaeman,
M. Munandar, (2006), "Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu
Sosial", Bandung, PT. Refika Aditama.
5.
Supardan,
Dadang, (2009), "Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah kajian Pendekatan
Struktural", Jakarta, PT. Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar