Alhamdulillah, segala
Puja dan Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Ilahi Rabbi, yang mana berkat
Hidayah dan Ma’unahnya, kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
dan rampung.
Yang kedua.Shalawat
serta Salamullah semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan Nabi besar
kita, yakni Nabi Muhammad SAW.Yang mana berkat jerih payah beliau kita bisa
menikmati manisnya ilmu.
Alhmadulillah, Dalam makalah ini, dengan tema "Kontrol Sosial", kami berusaha untuk sedikit memberikan gambaran akan pengertian kontrol
sosial?, bentuk-bentuk kontrol sosial? dan juga teori-teori sosial, serta kami juga membahas tentang penyimpangan sosial,? Tujuan dan fungsi kontrol sosial?.semuanya kami bahas secara tuntas dalam
makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, mungkin seperti
itulah kami menggambarkan makalah kami yang jauh dari kata sempurna.Maka dari
itu, Kami sebagai penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari siapapun, agar dalam penulisan karya tulis selanjutnya, kami
bisa lebih baik lagi.
Kelompok 10
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.1. Latar Belakang Masalah
Di dalam masyarakat pasti banyak terdapat berbagai aturan
yang berlaku dalam masyarakat baik aturan yang tertulis maupun tidak tertulis.
Berbagai larangan yang berlaku sudah barang tentu tidak hanya berwujud
rambu-rambu yang sederhana saja, melainkan juga terdapat rambu-rambu yang
jumlahnya lebih banyak dan kompleks. Rambu-rambu itu bisa berupa norma, nilai,
aturan, undang-undang dan sebagainya. Semua rambu-rambu itu mempunyai tujuan
yang sama yaitu untuk mengatur dan mengarahkan perilaku dan hubungan
antar-anggota masyarakat agar tidak saling merugikan atau menyimpang dari kesepakatan
yang telah ditentukan sepanjang semua anggota masyarakat bersedia untuk
mentaati dan tidak melanggar aturan yang berlaku. Oleh karena itu makalah ini
kelompok kami menjelaskan mengenai kontrol sosial dan perilaku
menyimpang.
1.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang kami jadikan
permasalahan, yaitu :
- Apakah pengertian dari kontrol sosial ?
- Apa saja bentuk-bentuk dan sarana dari kontrol sosial ?
- Bagaimana akibat yang ditanggung bagi para pelanggar kontrol sosial ?
- Siapakah agen-agen dari kontrol sosial ?
- Apakah pengertian dari perilaku menyimpang ?
- Apa saja bentuk-bentuk dari perilaku menyimpang ?
- Bagaimana kategori perilaku yang dikatakan sebagai perilaku menyimpang ?
- Apakah Sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang ?
- Apa sajakah teori-teori perilaku menyimpang ?
- Contoh konkrit kontrol sosial bagaimanakah yang kami identifikasi ?
- Contoh perilaku menyimpang bagaimanakah yang kami identifikasi ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuata makalah ini
adalah sebagai berikut :
- Menjelaskan pengertian kontrol sosial
- Menjelaskan bentuk-bentuk dan sarana dari kontrol sosial
- Menjelaskan akibat yang ditanggung bagi para pelanggar kontrol sosial
- Menjelaskan agen-agen dari kontrol sosial
- Menjelaskan pengertian dari perilaku menyimpang
- Menjelaskan bentuk-bentuk dari perilaku menyimpang
- Mengidentifikasi perilaku yang dikatakan sebagai perilaku menyimpang
- Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang
- Menjelaskan teori-teori perilaku menyimpang
Adapun Penegrtian Kontrol sosial menurut para pakar :
- Peter I. Berger
Adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
menertibkan anggota yang membangkang.
- Roucek & Warren
Adalah proses yang terencana atau tidak terencan untuk
mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai
kelompok tempat mereka tinggal.
- Soejono Soekanto
Adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak, yang
bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar
mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Jadi,
Kontrol sosial dapat disimpulkan sebagai semua cara yang atau sarana yang
digunakan untuk mengendalikan tingkah laku warga masyarakat agar mematuhi
nilai-nilai dan kaidah yang berlaku.
Pengendalian sosial (Kontrol
Sosial) bisa dipahami dalam berbagai dimensi antara lain: berdasarkan
sifatnya (Preventif Dan Represif),
cara pelaksanaannya (Persuasif Dan
Koersif), dan jumlah perilaku serta sasaran yang ditinjau (Individu Dan Kelompok).
A. Upaya Preventif
Upaya pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya
penyimpangan sosial, yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran
sosial.
Contoh: melalui proses sosialisasi tentang ajakan untuk men-ciptakan
pemilu yang damai.
B. Upaya Represif
Upaya pengendalian sosial yang dilakukan setelah
terjadinya pelanggaran sosial, yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian dan
ketertiban masyarakat seperti semula.
Contoh:
penjatuhan hukuman penjara terhadap pidana korupsi.
2.2.2. Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya
2.2.2. Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya
A. Cara Persuasif
Upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan
tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing masyarakat agar bersedia
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Contoh: seorang guru menasihati siswanya yang membolos
sekolah.
B. Cara Koersif
Upaya pengendalian yang dilakukan dengan melakukan tindakan
yang sifatnya memaksa masyarakat agar bertindak sesuai dengan norma yang
berlaku.
Contoh: penggusuran PKL oleh petugas ketertiban.
A. Pengendalian sosial yang
dilakukan individu terhadap individu lain.
Contoh: seorang guru memperingatkan seorang siswa yang
membolos sekolah.
B.
Pengendalian sosial yang dilakukan individu
terhadap kelompok.
Contoh: seorang polisi yang memperingatkan sekelompok remaja
yang melanggar lalu lintas,
C.
Pengendalian sosial yang dilakukan kelompok
terhadap individu.
Contoh: beberapa orang polisi yang memperingatkan seorang
remaja yang mengendarai mobil melebihi batas kecepatan.
D.
Pengendalian
sosial yang dilakukan kelompok terhadap kelompok lain
Contoh: penyuluhan yang dilakukan sekelompok relawan kepada
para siswa agar menghindari pemakaian narkoba.
1.
Sanksi ( punishment )
Sanksi ditujukan untuk menekan warga masyarakat dengan
pemberian pembebanan penderitaan bagi siapa saja yang melanggar norma yang
berlaku
Macam-macam sanksi: .
Macam-macam sanksi: .
- Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti: denda, ganti rugi, dll.
- Sanksi Fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul, dicambuk, dipacung, dll.
- Sanksi Psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti: dicemooh, diejek, dipermalukan di depan umumm dll.
1.
Penghargaan ( Reward )
Berfungsi sebagai sarana kontrol sosial yang bekerja secara
preventif.
Macam-macam reward:
1.
Reward
Ekonomi, misalnya:
rangsangan diberi uang atau benda-benda ekonomi yang lain.
2.
Reward
Fisik,
misalnya: dibelai, dicium, dll.
3.
Reward
Psikologis,
misalnya: disanjung, dipuji, dll.
Akibat yang Ditanggung Bagi Pelanggar Kontrol Sosial
Adapun sanksi yang akan ditanggung atau diperoleh bagi para
pelanggar kontrol sosial adalah sebagai berikut :
- Mendapatkan sanksi berupa hukuman pidana, apabila pelanggaran yang dilakukan tersebut melanggar hukum yang tertulis yang ada di Indonesia.
Misal: Pembunuhan berencana melanggar pasal 351 KUHP.
- Mendapatkan sanksi berupa digosipkan/pengucilan di kalangan masyarakat sekitar, apabila pelanggaran tersebut melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.
Misal: Seorang wanita bekerja di club malam yang setiap
harinya selalu pulang di pagi hari. Maka dengan adanya hal itu, masyarakat
sekitar menilai bahwa wanita tersebut dapat dikategorikan sebagai wanita nakal.
Di dalam masyarakat, terdapat lembaga sosial yang berperan
penting dalam melaksanakan pengendalian sosial (kontrol sosial), diantara
lembaga tersebut adalah:
1.
Aparat
Kepolisian
Pihak yang paling utama yang mempunyai mandat sebagai
penegak hukum dan bertugas untuk mengatur ketertiban, keamanan, dan keselamatan
masyarakat di berbagai tempat dan waktu.
2.
Peradilan
Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum kepada
warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku.
3.
Tokoh
Masyarakat
Tokoh masyarakat yaitu individu-individu yang dianggap
mempunyai pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lain. Orang
tersebut biasanya disegani dan dihormati. Dia diharapkan mampu mencegah
terjadinya berbagai perilaku menyimpang di masyarakat.
4.
Adat
Istiadat
Adat istiadat merupakan tindakan sosial yang ada di
masyarakat yang masih memegang teguh tradisi. Warga masyarakat yang melanggar
adat/tradisi akan dikenakan sanksi, sanksi tersebut bisa pengucilan dari warga
masyarakat sekitar.
Pengertian perilaku menyimpang menurut para pakar:
- Soerjono Soekanto
Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap
kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
- John J. Macionis
Perilakun menyimpangan adalah pelanggaran terhadap
norma-norma dalam masyarakat.
- Robert M.Z. Lawang
Perilaku
menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial, dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang
dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang,
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku
menyimpang adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku pada suatu masyarakat atau kelompok.
2.6. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat dibedakan berdasarkan beberapa
kriteria atau sudut pandang.
Berdasarkan Sifatnya
1.
Penyimpangan
bersifat positif
Adalah: penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap
sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan seseorang.
Contoh: Emansipasi wanita yang melahirkan wanita karir.
2.
Penyimpangan
bersifat negatif
Adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai
sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Contoh: penggunaan narkoba.
Berdasarkan Jenisnya
1.
Penyimpangan
primer (primary
deviation)
Adalah: penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya
bersifat temporer dan tidak berulang-ulang ,serta masih bisa dimaklumi dan si
pelaku masih bisa di terima dalam masyarakat.
Contoh: karena sesuatu hal seseorang tidak bisa ikut serta
dalam siskamling Bersama.
2.
Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Adalah: perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali
terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain.
Contoh: orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu
pulang dalam keadaan mabuk.
Berdasarkan Bentuknya
1.
Perilaku
menyimpang yang bukan merupakan kejahatan
Adalah: suatu perilaku menyimpang yang tidak termasuk
tindakan pidana.
Contoh: Orang tua yang masih suka bermain kelereng.
Contoh: Orang tua yang masih suka bermain kelereng.
2.
Perilaku
menyimpang yang merupakan kejahatan (crime)
Adalah: suatu perilaku menyimpang yang dikenakan sanksi
pidana.
Contoh: Pencurian, pembunuhan.
3.
Kenakalan
Remaja (Jouvenile
Delequency)
Adalah: perilaku menyimpang yang umumnya dilakukan oleh
remaja.
Contoh: Perkelahian antar remaja.
Berdasarkan Perilakunya
1.
Penyimpangan
Individual ( Individual
Deviation )
Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang telah
mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Contoh: seorang anak yang ingin menguasai warisan orang tuanya. Ia mengabaikan saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma tentpembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.
Contoh: seorang anak yang ingin menguasai warisan orang tuanya. Ia mengabaikan saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma tentpembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.
Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar
penyimpangannya dibedakan atas:
1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang
tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan
orang-orang.
3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang
berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di
jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata
bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
2. Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation )
Adalah : tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan
norma yang berlaku.
Contoh: sekelompok orang yang menyelundupkan serta
menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.
2.7. Perilaku yang Digolongkan sebagai
Perilaku Menyimpan
Secara umum yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang
adalah sebagai berikut:
1.
Tindakan
yang nonconform
Yaitu: perilaku yang tidak sesuai dengannilai-nilai dan
norma-norma yang ada.
Contoh tindakan nonconform:
-
Membolos sekolah,
-
Merokok di area parkir,
-
Membuang sampah sembaranagan,
2. Tindakan Asosial
Yaitu: tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat dan
kepentingan umum.
Contoh tindakan asosial:
-
Minum-minuman keras,
-
Menggunakan narkoba,
-
Terlibat di dunia prostitusi.
3. Tindakan-tindakan criminal
Yaitu: tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan
hukum tertulis dan mengancam keselamatan orang lain.
Contoh Tindakan kriminal:
-
Korupsi,
-
Pembunuhan,
-
Pencurian
Menurut Wilnes dalam bukunya yang berjudul Punishment
and Reformation sebab-sebab penyimpangan atau kejahatan dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut :
- Faktor subjektif adalah: faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (merupakan sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
- Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari
luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara
orang tua dan anak yang tidak serasi.
Beberapa penyebab terjadinya perilaku menyimpang:
- Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan yang ada di masyarakat.. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Misalnya: karena seseorang tumbuh
dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua
orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak
akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses belajar yang
menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya
membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu
merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena
proses belajar yang menyimpang.
Misalnya: karier penjahat kelas kakap yang diawali
dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad
merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3. Ketegangan antara kebudayaan
dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan
terjadinya perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya
mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia
mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya
berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu
mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga
akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
1.
Teori
Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland .
Menurut teori ini, suatu penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan
sekelompok orang yang telah menyimpang terlebih dulu. Penyimpangan type ini
diperoleh melalui proses alih budaya (cultural transmission)
Contoh: perilaku
siswa yang suka bolos sekolah. Perilaku tersebut dipelajarinya dengan melakukan
pergaulan dengan orang-orang yang sering bolos sekolah. Melalui pergaulan itu
ia mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku
perilaku menyimpang.
2. Teori Labelling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert .
Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang
diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap
yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan
primer (primary deviation )
Contoh: pencuri, penipu, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai
tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan
dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya sehingga terjadi
dengan penyimpangan sekunder ( secondary deviation) .
Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.
3. Teori Anomie
Teori ini dikemukakan oleh Robert Merton.
Menurut teori ini, bahwa perilaku menyimpang adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang
mengalami tekanan dan akhirnya berprilaku menyimpang.
4. Teori Konflik
Teori ini dikembangkan oleh penganut
Teori Konflik Karl Marx . Para penganut teori ini berpandangan
bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku
menyimpang diciptakan oleh kelompok kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk
melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa
hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan
pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
5. Teori Sosialisasi
Teori ini dikembangkan oleh Edwin H Sutherland. Teori
ini berasumsi bahwa perilaku menyimpang adalah konsekuensi dari kemahiran dan
penguasaan atas suatu sikap dan tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang
menyimpang.
6. Teori Disorganisasi Sosial
Teori yang didasarkan pada karya William I. Thomas
dan Florian Znaniecki, bahwa teori Disorganisasi sosial berasumsi
perilaku menyimpang terjadi karena dalam masyarakat itu terdapat organisasi
sosial atau tatanan sosial yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Dengan
demikian disorganisasi sosial adalah kekacauan sosial.
3.1. Kesimpulan
Perilaku menyimpang merupakan suatu prilaku atau tindakan
yang dilakukan seseorana atau kelompok orang yang melanggar norma-norma,
nilai-nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat yang
mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat.
Perilaku ini umumnya disebabkan karena individu atau kelompok tersebut tidak
dapat menyerap nilai-nilai dan norma-norma kedalam dirinya, sehingga ia tidak
dapat membedakan mana prilaku yang pantas dilakukan dan mana prilaku yang tidak
pantas untuk dilakukan.
Agar jumlah perilaku menyimpang itu tidak meningkat, maka
diperlukan adanya suatu lembaga yang bertugas sebagai lembaga pengendalian
sosial (pengontrol sosil), karena lembaga pengendalian sosial tersebut sangat
penting dalam menyelesaikan perilaku menyimpang, supaya terciptanya kehidupan
yang aman dan tertib dalam masyarakat tersebut. Beberapa diantara lembaga
pengendalian sosial diantaranya: Aparat kepolisian, peradilan, adat istiadat,
tokoh masyarakat, dan sebagainya.
3.2. Saran-Saran
Kami menyarankan agar kita selalu waspada terhadap perilaku
menyimpang yang ada di sekitar kita. Sebab perilaku menyimpang terjadi tidak
hanya karena adanya rencana sebelumnya namun juga karena adanya kesempatan.
Selain itu kita juga harus membiasakan diri hidup sesuai dengan nilai dan norma
yang dinut oleh masyarakat secara umum yang baik dan bermanfaat, demi
terciptanya keteraturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
- Narwoko J. Dwi, Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Saptono, Bambang Suteng. 2006. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Phibeta.
- Sutomo dkk. 2007. Sosiologi Untuk SMA kelas X Semester 2. Malang: Gramedia Indotama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar