Rabu, 17 Juli 2013

Kontrol Sosial


Alhamdulillah, segala Puja dan Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Ilahi Rabbi, yang mana berkat Hidayah dan Ma’unahnya, kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan rampung.
Yang kedua.Shalawat serta Salamullah semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan Nabi besar kita, yakni Nabi Muhammad SAW.Yang mana berkat jerih payah beliau kita bisa menikmati manisnya ilmu.
Alhmadulillah, Dalam makalah ini, dengan tema "Kontrol Sosial", kami berusaha untuk sedikit memberikan gambaran akan pengertian kontrol sosial?, bentuk-bentuk kontrol sosial? dan juga teori-teori sosial, serta kami juga membahas tentang penyimpangan sosial,? Tujuan dan fungsi kontrol sosial?.semuanya kami bahas secara tuntas dalam makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, mungkin seperti itulah kami menggambarkan makalah kami yang jauh dari kata sempurna.Maka dari itu, Kami sebagai penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari siapapun, agar dalam penulisan karya tulis selanjutnya, kami bisa lebih baik lagi.





Kelompok 10



1.3. Tujuan. 1

1.1. Latar Belakang Masalah
Di dalam masyarakat pasti banyak terdapat berbagai aturan yang berlaku dalam masyarakat baik aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Berbagai larangan yang berlaku sudah barang tentu tidak hanya berwujud rambu-rambu yang sederhana saja, melainkan juga terdapat rambu-rambu yang  jumlahnya lebih banyak dan kompleks. Rambu-rambu itu bisa berupa norma, nilai, aturan, undang-undang dan sebagainya. Semua rambu-rambu itu mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengatur dan mengarahkan perilaku dan hubungan antar-anggota masyarakat agar tidak saling merugikan atau menyimpang dari kesepakatan yang telah ditentukan sepanjang semua anggota masyarakat bersedia untuk mentaati dan tidak melanggar aturan yang berlaku. Oleh karena itu makalah ini kelompok kami menjelaskan mengenai kontrol sosial dan perilaku menyimpang.
1.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang kami jadikan permasalahan, yaitu :
  1. Apakah pengertian dari kontrol sosial ?
  2. Apa saja bentuk-bentuk dan sarana dari kontrol sosial ?
  3. Bagaimana akibat yang ditanggung bagi para pelanggar kontrol sosial ?
  4. Siapakah agen-agen dari kontrol sosial ?
  5. Apakah pengertian dari perilaku menyimpang ?
  6. Apa saja bentuk-bentuk dari perilaku menyimpang ?
  7. Bagaimana kategori perilaku yang dikatakan sebagai perilaku menyimpang ?
  8.  Apakah Sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang ?
  9. Apa sajakah teori-teori perilaku menyimpang ?
  10. Contoh konkrit kontrol sosial bagaimanakah yang kami identifikasi ?
  11. Contoh perilaku menyimpang bagaimanakah yang kami identifikasi ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuata makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Menjelaskan pengertian kontrol sosial
  2. Menjelaskan bentuk-bentuk dan sarana dari kontrol sosial
  3. Menjelaskan akibat yang ditanggung bagi para pelanggar kontrol sosial
  4. Menjelaskan agen-agen dari kontrol sosial
  5. Menjelaskan pengertian dari perilaku menyimpang
  6. Menjelaskan bentuk-bentuk dari perilaku menyimpang
  7. Mengidentifikasi perilaku yang dikatakan sebagai perilaku menyimpang
  8. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang
  9. Menjelaskan teori-teori perilaku menyimpang



Adapun Penegrtian Kontrol sosial menurut para pakar :
  • Peter I. Berger
Adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.
  • Roucek & Warren
Adalah proses yang terencana atau tidak terencan untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai kelompok tempat mereka tinggal.  
  • Soejono Soekanto
Adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Jadi, Kontrol sosial dapat disimpulkan sebagai semua cara yang atau sarana yang digunakan untuk mengendalikan tingkah laku warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah yang berlaku.
Pengendalian sosial (Kontrol Sosial) bisa dipahami dalam berbagai dimensi antara lain: berdasarkan sifatnya (Preventif Dan Represif), cara pelaksanaannya (Persuasif Dan Koersif), dan jumlah perilaku serta sasaran yang ditinjau (Individu Dan Kelompok).
A. Upaya Preventif 
Upaya pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan sosial, yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran sosial.
Contoh: melalui proses sosialisasi tentang ajakan untuk men-ciptakan pemilu yang damai.  

B. Upaya Represif
Upaya pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran sosial, yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian dan ketertiban masyarakat seperti semula.
Contoh: penjatuhan hukuman penjara terhadap pidana korupsi.
2.2.2. Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya
A.    Cara Persuasif
Upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Contoh: seorang guru menasihati siswanya yang membolos sekolah.
B. Cara Koersif
Upaya pengendalian yang dilakukan dengan melakukan tindakan yang sifatnya memaksa masyarakat agar bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Contoh: penggusuran PKL oleh petugas ketertiban.
A. Pengendalian sosial yang dilakukan individu terhadap individu lain.
Contoh: seorang guru memperingatkan seorang siswa yang membolos sekolah.
B.     Pengendalian sosial yang dilakukan individu terhadap kelompok.
Contoh: seorang polisi yang memperingatkan sekelompok remaja yang melanggar lalu lintas,
C.    Pengendalian sosial yang dilakukan kelompok terhadap individu.
Contoh: beberapa orang polisi yang memperingatkan seorang remaja yang mengendarai mobil melebihi batas kecepatan.
D.    Pengendalian sosial yang dilakukan kelompok terhadap kelompok lain
Contoh: penyuluhan yang dilakukan sekelompok relawan kepada para siswa agar menghindari pemakaian narkoba.



1.    Sanksi ( punishment )
Sanksi ditujukan untuk menekan warga masyarakat dengan pemberian pembebanan penderitaan bagi siapa saja yang melanggar norma yang berlaku
Macam-macam sanksi: .
  1. Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti: denda, ganti rugi, dll.
  2.  Sanksi Fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul, dicambuk, dipacung, dll.
  3.  Sanksi Psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti: dicemooh, diejek, dipermalukan di depan umumm dll.
1.      Penghargaan ( Reward )
Berfungsi sebagai sarana kontrol sosial yang bekerja secara preventif.
Macam-macam reward:
1.      Reward Ekonomi, misalnya: rangsangan diberi uang atau benda-benda ekonomi yang lain.
2.      Reward Fisik, misalnya: dibelai, dicium, dll.
3.      Reward Psikologis, misalnya: disanjung, dipuji, dll.
Akibat yang Ditanggung Bagi Pelanggar Kontrol Sosial
Adapun sanksi yang akan ditanggung atau diperoleh bagi para pelanggar kontrol sosial adalah sebagai berikut :
  • Mendapatkan sanksi berupa hukuman pidana, apabila pelanggaran  yang dilakukan tersebut melanggar hukum yang tertulis yang ada di Indonesia.
Misal: Pembunuhan berencana melanggar pasal 351 KUHP.
  • Mendapatkan sanksi berupa digosipkan/pengucilan di kalangan masyarakat sekitar, apabila pelanggaran tersebut melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.
Misal: Seorang wanita bekerja di club malam yang setiap harinya selalu pulang di pagi hari. Maka dengan adanya hal itu, masyarakat sekitar menilai bahwa wanita tersebut dapat dikategorikan sebagai wanita nakal.

Di dalam masyarakat, terdapat lembaga sosial yang berperan penting dalam melaksanakan pengendalian sosial (kontrol sosial), diantara lembaga tersebut adalah:
1.      Aparat Kepolisian
Pihak yang paling utama yang mempunyai mandat sebagai penegak hukum dan bertugas untuk mengatur ketertiban, keamanan, dan keselamatan masyarakat di berbagai tempat dan waktu.
2.      Peradilan
Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku. 
3.      Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat yaitu individu-individu yang dianggap mempunyai pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lain. Orang tersebut biasanya disegani dan dihormati. Dia diharapkan mampu mencegah terjadinya berbagai perilaku menyimpang di masyarakat.
4.      Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan tindakan sosial yang ada di masyarakat yang masih memegang teguh tradisi. Warga masyarakat yang melanggar adat/tradisi akan dikenakan sanksi, sanksi tersebut bisa pengucilan dari warga masyarakat sekitar.
Pengertian perilaku menyimpang menurut para pakar:
  • Soerjono Soekanto
Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
  • John J. Macionis
Perilakun menyimpangan adalah pelanggaran terhadap norma-norma dalam      masyarakat.
  • Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial, dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang,
          Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang  adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku pada suatu masyarakat atau kelompok.
2.6. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang.
Berdasarkan Sifatnya
1.            Penyimpangan bersifat positif
Adalah: penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur  inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang.
Contoh: Emansipasi wanita yang melahirkan wanita karir.
2.            Penyimpangan bersifat negatif
Adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Contoh: penggunaan narkoba.
Berdasarkan Jenisnya
1.        Penyimpangan primer (primary deviation)
Adalah: penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang ,serta masih bisa dimaklumi dan si pelaku masih bisa di terima dalam masyarakat.
Contoh: karena sesuatu hal seseorang tidak bisa ikut serta dalam siskamling Bersama.
2.        Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Adalah: perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain.
Contoh: orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.
Berdasarkan Bentuknya
1.            Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan
Adalah: suatu perilaku menyimpang yang tidak termasuk tindakan pidana.
Contoh: Orang tua yang masih suka bermain kelereng.
2.            Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan (crime)
Adalah: suatu perilaku menyimpang yang dikenakan sanksi pidana.
Contoh: Pencurian, pembunuhan.
3.            Kenakalan Remaja (Jouvenile Delequency)
Adalah: perilaku menyimpang yang umumnya dilakukan oleh remaja.
Contoh: Perkelahian antar remaja.
Berdasarkan Perilakunya
1.        Penyimpangan Individual Individual Deviation )
Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
 Contoh: seorang anak yang ingin menguasai warisan orang tuanya. Ia mengabaikan saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma tentpembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.
Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas:
1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.    Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
2.    Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation )
Adalah : tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma yang berlaku.
Contoh: sekelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.
2.7. Perilaku yang Digolongkan sebagai Perilaku Menyimpan
Secara umum yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang adalah sebagai berikut:
1.            Tindakan yang nonconform
Yaitu: perilaku yang tidak sesuai dengannilai-nilai dan norma-norma yang ada.
Contoh tindakan nonconform:
-          Membolos sekolah,
-          Merokok di area parkir,
-          Membuang sampah sembaranagan,
2.      Tindakan Asosial
Yaitu: tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum.
Contoh tindakan asosial:
-          Minum-minuman keras,
-          Menggunakan narkoba,
-          Terlibat di dunia prostitusi.
3.      Tindakan-tindakan criminal
Yaitu: tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan hukum tertulis dan mengancam keselamatan orang lain.
Contoh Tindakan kriminal:
-          Korupsi,
-          Pembunuhan,
-          Pencurian
Menurut Wilnes dalam bukunya yang berjudul Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan atau kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
  • Faktor subjektif adalah: faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (merupakan sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
  • Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
    Beberapa penyebab terjadinya perilaku menyimpang:
  1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan yang ada di masyarakat.. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Misalnya: karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.      Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
Misalnya:  karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3.      Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan terjadinya perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
1.      Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland . Menurut teori ini, suatu penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang terlebih dulu. Penyimpangan type ini diperoleh melalui proses alih budaya (cultural transmission)
 Contoh: perilaku siswa yang suka bolos sekolah. Perilaku tersebut dipelajarinya dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang yang sering bolos sekolah. Melalui pergaulan itu ia mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku perilaku menyimpang.
2.      Teori Labelling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert . Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer (primary deviation )
Contoh: pencuri, penipu, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder ( secondary deviation) . Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.

3.      Teori Anomie
Teori ini dikemukakan oleh Robert Merton. Menurut teori ini, bahwa perilaku menyimpang adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya berprilaku menyimpang.
4.      Teori Konflik
            Teori ini dikembangkan oleh penganut Teori Konflik Karl Marx . Para penganut teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
5.      Teori Sosialisasi
Teori ini dikembangkan oleh Edwin H Sutherland. Teori ini berasumsi bahwa perilaku menyimpang adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap dan tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang.
6.      Teori Disorganisasi Sosial
Teori yang didasarkan pada karya William I. Thomas dan Florian Znaniecki, bahwa teori Disorganisasi sosial berasumsi perilaku menyimpang terjadi karena dalam masyarakat itu terdapat organisasi sosial atau tatanan sosial yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Dengan demikian disorganisasi sosial adalah kekacauan sosial.


3.1. Kesimpulan
Perilaku menyimpang merupakan suatu prilaku atau tindakan yang dilakukan seseorana atau kelompok orang yang melanggar norma-norma, nilai-nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat. Perilaku ini umumnya disebabkan karena individu atau kelompok tersebut tidak dapat menyerap nilai-nilai dan norma-norma kedalam dirinya, sehingga ia tidak dapat membedakan mana prilaku yang pantas dilakukan dan mana prilaku yang tidak pantas untuk dilakukan.
Agar jumlah perilaku menyimpang itu tidak meningkat, maka diperlukan adanya suatu lembaga yang bertugas sebagai lembaga pengendalian sosial (pengontrol sosil), karena lembaga pengendalian sosial tersebut sangat penting dalam menyelesaikan perilaku menyimpang, supaya terciptanya kehidupan yang aman dan tertib dalam masyarakat tersebut. Beberapa diantara lembaga pengendalian sosial diantaranya: Aparat kepolisian, peradilan, adat istiadat, tokoh masyarakat, dan sebagainya.
3.2. Saran-Saran
Kami menyarankan agar kita selalu waspada terhadap perilaku menyimpang yang ada di sekitar kita. Sebab perilaku menyimpang terjadi tidak hanya karena adanya rencana sebelumnya namun juga karena adanya kesempatan. Selain itu kita juga harus membiasakan diri hidup sesuai dengan nilai dan norma yang dinut oleh masyarakat secara umum yang baik dan bermanfaat, demi terciptanya keteraturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.



  • Narwoko J. Dwi, Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Saptono, Bambang Suteng. 2006. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Phibeta.
  • Sutomo dkk. 2007. Sosiologi Untuk SMA kelas X Semester 2. Malang: Gramedia Indotama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar