Rabu, 26 Juni 2013

Klausa


KLAUSA
1.      Pengertian Klausa
Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksanadkk, 1980:208).
Klausa ialah unsure kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsure klausa (Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62.)
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat, baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari kalimat. Penanda klausa adalah P, tetapi yang menjadi klausa bukan hanya P, jika mempunyai S, klausa terdiri atas S dan P. Jika mempunyai S, klausa terdiri dari atas S, P, dan O. jika tidak memiliki O dan Ket, klausa terdiri atas P, O, dan Ket. Demikian seterusnya. Penanda klausa adalah P, tetapi yang dianggap sebagai unsure inti klausa adalah S dan P.
Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul misalnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi. Contoh :
Pertanyaan : kamu memanggil siapa?
Jawaban : teman satu kampus à S dan P-nya dihilangkan.
Contoh pada bahasa tidak resmi : saya telat ! àP-nya dihilangkan.
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Klausa sudah pasti mempunyai P, sedangkan kalimat belum tentu mempunyai P.



2.      Jenis-jenis Klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah (1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya (BSI), (2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), dan (3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF). Berikut hasil klasifikasinya :
A.    Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
1.      Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
Ø  Klausa Versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh :
Kondisinya sudah baik.
Rumah itu sangat besar.
Mobil itu masih baru.
Ø  Klausa Inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :
Sudah baik kondisinya.
Sangat besar rumah itu.
Masih baru mobil itu.
2.      Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.



B.     Klasifikasi Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi Yang Secara Gramatik Menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
1.      Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh :
Ariel seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
Mereka pergi ke kampus.
2.      Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
Mereka tidak pergi ke kampus.
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu apapun', maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.







C.    Klasifikasi Klausa Berdasarkan Kategori Frasa Yang Menduduki Fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1.      Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh :
Dia seorang sukarelawan.
Mereka bukan sopir angkot.
Nenek saya penari.
2.      Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
3.      Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :
Adiknya sangat gemuk.
Hotel itu sudah tua.
Gedung itu sangat tinggi.
4.      Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh :
Anaknya lima ekor.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
5.      Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Contoh :
Sepatu itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Jakarta.
6.      Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
















D.    Klasifikasi Klausa Berdasarkan Potensinya Untuk Menjadi Kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
1.      Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat. Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
2.      Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.










E.     Klasifikasi Klausa Berdasarkan Criteria Tatarannya Dalam Kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
1.      Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.
2.      Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
















  1. Analisis Klausa
Klasifikasi dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu :
Ø  Berdasarkan fungsi unsur-usurnya
Ø  Berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya
Ø  Berdasarkan makna unsur-unsurnya.
A.     Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
  1. S dan P
Contoh : Budi(S) tidak berlari-lari(P) èTidak berlari-lari(P) Budi(S)
Badannya(S) sangat lemah(P) è Sangat lemah(P) badannya(S)
  1. O dan Pel
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Contoh :
Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(P) pentas seni(O).
Pentas seni(S) akan dislenggarakan(P) kepala sekolah(O)
  1. KET
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P. Contoh :
Akibat banjir(Ket) desa-desa itu(S) hancur(P)
Desa-desa itu(S) hancur(P) akibat banjir(O)
B.     Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
Contoh :

Aku
Sudah menghadap
Komandan
Tadi
F
S
P
O
Ket
K
N
V
N
Ket

C.     Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
Fungsi-fungsi itu disamping terdiri dari kategori-kategori kata atau frase juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisi fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain. Contoh :

Dinda
Menemani
Adiknya
Di tempat tidur
Beberapa saat
F
S
P
O
Ket 1)
Ket 2)
K
N
V
N
FD
N
M
Pelaku
Pembuatan
Penderita
Tempat
Waktu


  1. Makna Unsur Pengisi P
A.    Menyatakan makna "Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna "Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya" yaitu 'Dinda'
B.     Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
RUMAH itu sangat besar
Lukanya sangat parah
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya merupakan makna keadaan.
Makna keadaan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
      1. Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah. Misalnya :
Rumah itu sangat bersih
Kami sudah mengantuk
      1. Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semcam ini secara khusus disebut sifat. Misalnya :
Mahasiswa itu sangat rajin
Perempuan itu ramah sekali
Pohon cemara itu sangat tinggi
      1. Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang disebut proses. Misalnya :
Hujannya mereda
Pengaruhnya semakin meluas
      1. Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya :
Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.
Setiap orang menyukai perbuatan baik
Orang itu sangat sayang kepada binatang
C.     Menyatakan Makna ”Keberatan”
Contoh : Para tamu di ruang depan
Ariel berada diruang baca
Dinda tinggal di luar kota
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak menyatakan makna "perbuatan" dan "keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan".
D.    Menyatakan makna "pengenal"
Contoh : orang itu adalah pegawai kedutaan
Mereka adalah imahasiswa Um
Dia adalah teman kecil saya
E.     Menyatakan makna "jumlah"
Contoh : Rumah itu dua rumah
Anak orang itu lima
Kaki meja itu empat
F.      Menyatakan makana "perolehan"
Contoh : Ariel memiliki mobil
Dinda mendapat hadiah
Sayur-sayuran itu mengandung banyak vitamin












  1. Makna Unsur Pengisi S
A.    Menyatakan Makna "pelaku"
Contoh : Seorang perempuan tua membeli beras.
Mahasiswa mengerjakan beberapa tes.
B.     Menyatakan makna "alat"
Contoh : Truk-truk itu mengangkut beras.
Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya.
C.     Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Banjir besar itu menghancurkan kota.
Kamar itu panas karena perapian.
D.    Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Benda itu dipukulkannya dengan batu lain.
Jalan-jalan sedang diperbaiki.
E.     Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Rumah-rumah banyak didirikan pemerintah.
Novel itu dikarang oleh pengarang muda dari kalimantan.
F.      Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Para turis banyak berkunjung ke pantai kutai.
Gua itu belum pernah dimasuki orang.
G.    Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Seorang ayah membelikan sepeda baru untuk anaknya
Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya
H.    Menyatakan makna "pengalaman"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
Lukanya membesar
I.       Menyatakan makna "dikenal"
Contoh : Orang itu pegawai kedutaan
Dia adalah teman saya
J.       Menyatakan makna "terjumlah"
Contoh : Kaki meja itu empat
Anak orang itu lima
  1. Makna Unsur Pengisi O (1)
A.    Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Ia menebang pohon.
Seorang laki-laki menurunkan dua koper.
B.     Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Ahmad membeli buku baru untuk anaknya.
Dinda membelikan baju baru bagi anaknya.
C.     Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Banyak turis mengunjungi candi Borobudur.
Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya.
D.    Menyatakan makna "alat"
Contoh : Polisi menembak penjahat dengan pistolnya
Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon.
E.     Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Pemerintah membuat jalan-jalan baru.
  1. Makna Unsur Pengisi O (2)
A.    Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Ariel membelikan anaknya buku baru.
B.     Menyatakan makna "hasil".
Contoh : Penjahit membuatkan kebaya ibu.
  1. Makna Unsur Pengisi PEL
A.    Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Banyak mahasiswa belajar bahasa jerman.
B.     Menyatakan makna "alat".
Contoh : Ia bersenjatakan bambu runcing.
  1. Makna Unsur Pengisi KET
A.    Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Aku mengitari rumah dari samping.
B.     Menyatakan makna "waktu"
Contoh : Bapak kepala daerah pergi ke Jakarta kemarin.
C.     Menyatakan makna"cara"
Contoh : Pencuri itu lari dengan skripsi.
D.    Menyatakan makna"peserta"
Contoh : Ariel senang bercakap-cakap denganku
E.     Menyatakan makna "alat"
Contoh : Anak itu menulis dengan tangan kiri.
F.      Menyatakan makna"sebab"
Contoh : Orang itu menjadi gila karena tekanan hidup.
G.    Menyatakan makna "pelaku"
Contoh : Senayan mulai dihuni oleh beberapa olahragawan.
H.    Menyatakan makna "keseringan"
Contoh : Ariel telah menyerukan kata awas beberapa kali.
I.       Menyatakan makna"perbandingan"
Contoh : Ariel sangat pandai seperti kakaknya.
J.       Menyatakan makna "perkecualian"
Contoh : Anak-anak itu tidak boleh masuk kecuali saya.
MAKNA PENGISI UNTUK UNSUR KLAUSA
Predikat
subjek
Objek (1)
Objek (2)
Pelengkap
Keterangan
Pembuatan keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
Pemerolehan
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pengalaman
Dikenal
Terjumlah
Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
Penderita
Hasil
Penderita
Alat
Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian


Tidak ada komentar:

Posting Komentar